Kamis, 02 April 2015

Perbedaan dengan versi novel dan film

Berikut ini beberapa perbedaannya dengan novel Tujuh Manusia Harimau dan film 7 Manusia Harimau:



  • Latar yang digunakan dalam cerita sinetron ini adalah Bengkulu.

  • Ada beberapa tokoh utama yang namanya diubah untuk penyesuaian yang bertujuan untuk unsur estetika, misalnya Harwati diganti dengan Karina, Lading Ganda diubah menjadi Rajo Langit, dan beberapa penamaan tokoh lainnya.

  • Istilah dan bahasa yang digunakan di sinetron diselipkan kosakata dan dialek dari bahasa daerah yang lazim digunakan di daerah-daerah Bengkulu seperti yang biasa digunakan penutur bahasa Melayu Tengah dan bahasa Rejang.

  • Inyik dijadikan istilah untuk menyebutkan harimau jadi-jadian. Istilah ini tidak ditemukan pada versi novel dan film.

  • Kitab Tujuh menggunakan aksara Kaganga yang merupakan aksara khas suku Rejang.

  • Kisah dalam versi sinetron memiliki kesamaan dengan legenda tentang suku Rejang yang memang dilegendakan bahwa leluhurnya adalah kaum harimau jadi-jadian. Kisah yang disuguhkan juga memiliki kesamaan dengan sejarah konflik suku Rejang dengan suku-suku bangsa terdekat lainnya. Legenda ini masih dipercaya dan nyata sesuai dengan sejarah yang ada di kalangan suku Rejang dan suku Serawai.

Tidak ada komentar: